Ticker

6/recent/ticker-posts

Tujuan Masuknya Agama

 

Bagi umat Islam di Indonesia, kebanyakan dari mereka meyakini agama dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat, yang memegang peranan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia.


Pertanyaannya, benarkah demikian ? Bagaimana sejarah sebenarnya dari Nusantara yang dapat kita pertanggungjawabkan ? Seperti kita ketahui belakangan ini terdapat penemuan-penemuan sejarah masa lalu, yang menerangkan bahwa di Nusantara sudah mengenal ajaran Islam, padahal menurut sejarah bahwa Nusantara dulunya menganut ajaran Hindu dan Budha.


Banyak yang juga berpendapat bahwa Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan Islam, benarkah demikian ?


Hal itu berkenaan dengan penemuan makam yang menunjukkan bahwa sudah ada pemeluk Islam pada zaman Kerajaan Majapahit, ditandai dengan pemakaman Islam Kuno di desa Tralaya, Trawulan, Mujokerto. Letaknya diperkirakan tidak jauh dari keberadaan kompleks kedaton Majapahit, dan dari nisan-nisan yang terdapat pada makam tersebut menunjukkan bahwa temuan pemakaman masyarakat Islam di Nusantara tersebut tercatat pada tahun 1281 M dan 1611 M, sehingga dari penemuan tersebut membuktikan bahwa Islam sudah dianut oleh penduduk Nusantara, pada zaman Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk.


Bukti lainnya juga, terdapat penemuan koin kuno Kerajaan Majapahit yang bertuliskan kalimat syahadat, ditulis dengan bahasa Arab dan pada sisi yang lain koin tersebut ditemukan gambar wayang Semar dan Kresna.


Selain itu juga, terdapat penemuan yang juga membuktikan bahwa Islam sudah ada di Nusantara, sebelum Kerajaan Majapahit berdiri yaitu penemuan makam Fatimah binti Maimum, yang keberadaannya tercatat sejak 1082 M, padahal Kerajaan Majapahit sendiri berdiri pada tahun 1293 M.


Terakhir, bukti yang juga menguatkan bahwa Islam sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit, yaitu dengan ditemukannya Makam tua di kompleks pemakaman yang diberi nama Mahligai, keberadaannya ditemukan di Barus, kota tua yang terletak di pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, tempat ini di klaim sebagai tempat dimana agama Islam hadir pertama kali di Nusantara.


Masyarakat di Indonesia saat ini banyak yang beranggapan bahwa masuknya agama Islam ke Nusantara terjadi akibat dari hubungan sosial masyarakat Nusantara dengan pendatang, yaitu, melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, kesenian, politik, dan dakwah.


Dari penemuan-penemuan tersebut membuat kita bertanya-tanya apa tujuan agama tersebut masuk ke Nusantara melalui jalur-jalur tersebut ? Apakah benar Nusantara belum mengenal ajaran Islam  sebelum keberadaan para Wali Songo di Nusantara, padahal seperti kita ketahui, dunia sudah mengenal akan Islam, melalui Khilafah yang dibangun oleh Nabi Muhammad as, kemudian diteruskan oleh pengikutnya, dan Khilafah yang dibangun Nabi Muhammad saw tersebut telah menjadi episentrum (pusat) dunia, hal yang aneh jika Nusantara (Indonesia) tidak mengetahui bahwa dunia diambil alih oleh Khilafah yang dibangun Nabi Muhammad saw pada rentang waktu 632-634 M dibawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Siddiq sampai dengan Kekhalifahan Abbasiyah, di Baghdad, yang telah dihancurkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 M, dan beberapa tahun setelahnya, muncullah Kekhalifahan Turki Utsmani (1281-1924 M) di Istanbul, yang berbeda sekali dengan Khalifah di zaman Kekhalifahan Abbasiyah, di buktikan dengan gelar bagi rajanya adalah Sultan, bukan lagi Khalifah, dan jika dilihat dari jarak waktunya, maka sangat jauh dengan jarak kekhalifahan Abbasiyah, sehingga wajar dalam rentang waktu tersebut, terdapat perbedaan dan hal tersebut mungkin saja apa yang diterapkan juga jauh dari nilai-nilai Islam yang diajarkan Nabi Muhammad saw, walaupun sama-sama Kerajaan Islam.


Jika kita mau berfikir kritis, sebetulnya, dari dulu sampai sekarang, di dunia, selalu ada negara yang menjadi negara yang memiliki kekuatan penuh dalam mengontrol bangsa-bangsa, baik itu negara yang berideologi pluralisme (majemuk) atau hidup dengan pandangan (ideologi;paham) yang berbeda-beda, baik itu liberalisme, kapitalisme, nasionalisme, demokrasi, panislamisme, dll, kemudian digantikan dengan negara yang berideologi tauhid (esa;satu) seperti halnya saat ini, terdapat negara yang negara superpower atau negara yang memiliki kekuatan penuh atau lebih dari lainnya atau negara adikuasa atau negara adidaya yang mengontrol dunia saat ini, pergantian tersebut terjadi semenjak zaman Nabi Adam as sampai dengan zaman Nabi Muhammad as.


Sehingga, jika dikatakan Nusantara belum mengenal Islam adalah sesuatu yang diragukan kebenarannya jika melihat faktanya dengan bukti-buktinya yang ada, maka, masuknya 'agama' yang dibawa para Wali Songo di Indonesia sebetulnya  memiliki tujuan apa ? Apakah benar tujuan para Wali Songo datang ketanah Jawa bertujuan menyebarkan Islam ? Padahal menurut faktanya, Islam sudah ada sebelum adanya Wali Songo, maka agama (keyakinan; ideologi) yang seperti apakah yang dibawa Wali Songo tersebut ? Dikarenakan sesuatu yang aneh, jika Nusantara yang notabene sudah mengenal ajaran Islam dari semenjak sebelum Kerajaan Majapahit, di kenalkan kembali tentang Islam.


Baiklah, mari kita pahami fakta kebenarannya bahwa tujuan wali songo yang datang ke Nusantara bertujuan memisahkan agama dan politik (kekuasaan)


Tujuan Wali Songo ingin memisahkan agama dan politik


Sebelumnya, kita harus pahami dulu makna dari istilah agama itu sendiri, kata agama berasal dari dua kata, yaitu 'a' yang berarti tidak, dan 'gama' yang berarti kacau, yang di klaim berasal dari bahasa Sansekerta, dan dari berapa sumber mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari hinduisme, atau ideologi atau keyakinan masa lalu di Indonesia.


Sehingga, jika kita berfikir bahwa Nabi Muhammad as membawa agama yang berisikan tentang ritualisme atau penyembahan maupun pengkultusan, maka hal tersebut malah akan menjauhkan kita tentang pemahaman bahwa Nabi Muhammad as adalah aktor politik dunia, dia membawa konsep Khilafah (Kekuasaan;Kerajaan), dan pengikutnya pun dijadikan Khalifah (pemimpin;penguasa) di dunia, dikarenakan agama hanya berkutat pada sesuatu yang sifatnya individulis dan ritus-ritus.


Maka, apa kaitannya dengan sejarah Wali Songo datang ke Nusantara, khususnya di Indonesia, di salah satu pulau di Indonesia, yaitu, tanah Jawa tersebut, dengan sejarah keruntuhan Majapahit, yang di klaim oleh masyarakat kita saat ini di duga berkeyakinan Islam (agama Islam) ?


Baiklah, pertama yang harus kita pahami adalah, Kerajaan Majapahit adalah merupakan Kerajaan Nusantara yang kejayaan dan kemegahannya tercatat sebagai salah satu Kerajaan besar di dunia.


Memang sulit sekali bagi kita menerima bahwa Kerajaan Majapahit merupakan Kerajaan yang berafiliasi (bentuk kerja sama antar wilayah) dengan Khilafah Islam, sebetulnya hal tersebut bukanlah sesuatu yang perlu diragukan, karena Indonesia (Nusantara) adalah salah satu wilayah yang juga diceritakan dalam sejarah Kitab Suci, baik di zaman Nabi Musa as dan zaman Nabi Isa as.


Baik pada saat kejayaan Nabi Musa as, Nusantara juga mendukung atau menjadi hamba bagi Musa as, dan jugapada saat kejayaan Nabi Yesus (Nabi Isa as), ketika Bani Israel (Israil) berkuasa di muka bumi.


Dikatakan dalam dogma agamis mengatakan bahwa Nabi Yesus (Nabi Isa as) tidak berhasil mendirikan Kerajaan Allah atau Khilafah, padahal yang sebenarnya terjadi, dia telah berhasil mendirikan Kerajaan di bumi seperti halnya di sorga, hal itu dikarenakan ketidaksenangan penguasa yang dikalahkan olehnya atau tidak sejalan dengan Kerajaan Allah atau Khilafah, maka sejarah mereka dikaburkan dengan pemahaman yang jauh dari kebenaran yang diteliti dari akal sehat, sebetulnya hal tersebut adalah hal yang biasa terjadi, karena jika kekuasaan sudah ditangan salah satu pihak, baik itu pihak yang sejalan dengan Khilafah (Kerajaan) maupun tidak sejalan, bisa dengan mudah menghancurkan sejarah yang ada, seperti halnya Hulagu Khan yang menghancurkan segala hal yang tertulis mengenai ajaran-ajaran tentang Khilafah di Baghdad, di buktikan dengan menghancurkan perpustakaan-perpustakaan di Baghdad dan membuang semua buku-bukunya di sungai Tigris.


Selain pada zaman dua Nabi tersebut, bangsa Nusantara pun mendukung kejayaan Nabi Muhammad saw, hal-hal yang berkaitan tentang ini akan dibahas pada bahasan yang lain, mengenai Bani Ketura yang merupakan bagian dari Bangsa Nusantara.


Kembali kepada sejarah keruntuhan Majapahit, dalam sejarah Kerajaan Majapahit, kita mengenal tentang Gadjah Mada, tokoh penting dalam kerajaan di Nusantara, dikatakan bahwa dirinyalah sosok yang berperan dalam menyatukan Nusantara, padahal kenyataannya dia bukanlah menyatukan Nusantara melainkan menghancurkan Kerajaan Nusantara sehabis-habisnya, hal ini dibuktikan dengan Tragedi Bubat, dimana terdapat ungkapan dalam tragedi tersebut, ungkapan "gugurnya Dyah Pita Loka Citra Resmi", yang mana "Dyah Pita Loka" adalah cap resmi tanda pengukuhan, pengikat, dan pemersatu wilayah (Tanda Lambang Penguasa Persatuan Ibu Pertiwi) dan pernyataan dirinya yang jauh dari kata mempersatukan Indonesia, mengenai Sumpah Palapa yang dilakukannya di dalam teks Pararaton, berikut ini :


Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. dia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. jika mengalahkan Gurun (Nusa Panida), Seram, Tanjung Pura (Kerajaan Tanjung Pura), Haru (Kerajaan Aru; Karo), Pahang (di semenanjung Melayu), Dompo (daerah Sumbawa), Bali, Sunda (Kerajaan Sunda), Palembang (Kerajaan Sriwijaya), Tumasik (daerah Singapura), demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa."


Apa yang dilakukan Gadjah Mada sebagaimana yang dilakukan Mongol di Baghdad, dalam menghancurkan Khilafah Islam disana, dan misi di Nusantara pun demikian, selaku kerajaan afiliasi dari Khilafah Islam Abbasiyah di Baghdad.


Keberhasilan Gadjah Mada (Gang Eng Cu)  yang merupakan antek-antek dari Kekaisaran Mongol yang terobsesi untuk mengalahkan Nusantara, tidaklah sebentar dilakukan oleh kekaisaran Mongol, melainkan dalam waktu (proses) yang lama (panjang), karena Nusantara sangat lah kuat dalam angkatan lautnya (pasukan di perairan), jika ada yang masuk diperairan Nusantara, maka, tidak bisa keluar lagi, dan dibantai di perairan Nusantara, dengan menggunakan strategi perang "Bubu Ikan", strategi lain pun akhirnya ditempuh oleh Mongol dengan cara beranak pinak di Nusantara, juga melalui misi dagang, ketika ada kesempatan mereka pun berhasil merusak kesatuan kerajaan-kerajaan di Nusantara, dengan cara masuk dalam kerajaan Nusantara (Kerajaan Majapahit)


Kegigihan bangsa Mongol (Tiongkok;China) dalam hal itu dilatarbelangi dari kejadian yang mempermalukan kekaisarannya, yaitu, kejadian ketika utusannya yang datang ke Nusantara, yang membawa pesan agar Nusantara tunduk dibawah kekuasaan Mongol, dicederai wajah utusannya, dikarenakan Kertanegara, Raja dari Kerajaan Singhasari, menolak untuk tunduk dengan kekuasaan Mongol (Dinasti Yuan), taklukannya berada di seluruh Tiongkok.


Akhirnya, Kerajaan Majapahit pun runtuh, dan menurut sejarah digantikan Hayam Wuruk digantikan oleh Raden Patah, dan Raden Patah mengubah Kerajaan Majapahit menjadi Kesultanan Demak seperti halnya kerajaan Islam di turki, dengan berlandaskan kesultanan, hal ini lah menandakan runtuhnya Khilafah Islam sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad as.


Wali Songo pun datang ke Nusantara, pada abad 14, yang keberadaannya setelah keruntuhan Khilafah Abbasiyah di Baghdad, abad 13, Wali Songo adalah etnis China, ditunjukkan dengan nama asli Sunan Kalijaga adalah Gan Si Cang, menunjukkan bahwa dia bukanlah pribumi, dia adalah bagian dari misi kekaisaran Mongol dalam merusak jati diri bangsa Nusantara (Indonesia) dan dia berhasil mengganti konteks Islam yang berkaitan dengan kekuasan (politik) menjadi ritual-ritual dan kultus-kultus semata. Penyebaran agama Islam melalui Wali Songo tersebut di Nusantara bertujuan untuk mengaburkan sejarah, dan menyudutkan Nusantara dengan memutarbalikkan sejarah, sehingga bangsa Nusantara mengenal Nusantara (Indonesia) sebagai bangsa yang musyrik, penyembah patung, pohon, batu, dan semacamnya.


Kesimpulannya adalah, tujuan dari Wali Songo ke Nusantara bukan bertujuan baik, melainkan mereka adalah serigala berbulu domba, yang berusaha memisahkan agama atau sebuah bentuk penyembahan semata dengan politik atau Khilafah itu sendiri, dalam hal ini, mereka berusaha menyesatkan bangsa Nusantara , sehingga Bangsa Nusantara tidak mengetahui jati dirinya bahwa dulunya Kerajaan Nusantara berada dibawah naungan atau berafiliasi dengan kekuasaan Khilafah Islam yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw.

Post a Comment

0 Comments