Ticker

6/recent/ticker-posts

Sekularisasi Agama dengan Sistem Politik Kekuasaan


Mayoritas manusia di dunia mempunyai keyakinan bahwa agama tidak memiliki hubungan dengan politik kekuasaan. Sistem Ketuhanan yang dahulu dibangun pada zaman Yesus melalui Yerusalem sebagai pusat kekuasaan Kerajaan Allah telah terdegradasi menjadi sekte-sekte Nasrani yang menentang eksistensinya.

Mereka memisahkan diri, tidak mau tunduk dan memilih cara yang berbeda dengan apa yang dicontohkan Yesus. Demikian pula yang terjadi pada ummat Muslim hari ini, mereka terpecah ke dalam aliran aliran yang saling berseberangan paham terkait agama dan politik kekuasaan.

Paham yang memisahkan antara agama dan politik kekuasaan disebut sekularisme. Paham sekuler merupakan sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi, badan, atau negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan.

Doktrin sekularisme menyatakan bahwa agama hanya mengurusi masalah peribadatan atau penyembahan kepada Sang Pencipta. Sementara itu, urusan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, agama tidak boleh ikut mencampurinya.

Kaum sekuler berpendapat bahwa pola dan aturan hubungan antarmanusia dalam kehidupan berkelompok merupakan hasil kesepakatan sosial manusia dimana, Tuhan tidak boleh mengintervensinya. Tuhan tidak boleh memberikan pengaruh terhadap peraturan atau undang-undang yang menjadi kesepakatan majemuk suatu bangsa.

Agama hanya menempati ruang sempit di antara sela-sela kehidupan berbangsa dan bernegara. Mayoritas manusia menggunakan hukum buatan manusia sehingga mereka merasa tidak membutuhkan hukum Allah yang sejatinya menjadi fitrahnya.

Praktik sekularisme ini menjadikan agama hanya sebagai pedoman ritual penyembahan kepada Sang Pencipta, tetapi tidak mengurusi hukum-hukum kehidupan ummat manusia. Mereka merasa sudah beriman kepada Allah dengan hanya menjalankan tata ritual penyembahan, meskipun perilaku hidupnya tidak menggunakan undang-undang Allah.

Model kehidupan sekuler seperti inilah yang dikatakan Allah sebagai kemusyrikan, dosa yang tidak diampuni oleh-Nya. Mereka seolah-olah beriman kepada Kitab Suci yang berisi hukum Allah, tetapi dalam kesehariannya menjalani hukum karya manusia

Perhatikan pernyataan Allah dalam surat An-Nisa' [4] ayat 60 berikut ini:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْٓا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْٓا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗوَيُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengikari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya

Post a Comment

0 Comments