Ticker

6/recent/ticker-posts

“Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”

“Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” 

Ungkapan “Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” 

berasal dari Injil Matius 19:24, dan juga dicatat dalam Injil Lukas 18:25. Kalimat ini diucapkan oleh Yesus dalam konteks dialog dengan seorang pemuda kaya yang menanyakan syarat memperoleh hidup yang kekal.

Secara harfiah, frasa tersebut mengandung unsur hiperbolik. Dalam hal ini, digunakan untuk menggambarkan betapa sulitnya seseorang yang sangat bergantung pada kekayaan duniawi untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Namun, tafsir terhadap ayat ini kerap mengalami penyempitan makna. Banyak pihak menafsirkannya sebagai penolakan total terhadap kekayaan. Padahal, secara teologis, ayat ini tidak mengutuk kekayaan itu sendiri, melainkan menyoroti bahaya ketergantungan berlebihan pada harta yang dapat menjauhkan seseorang dari sikap berserah kepada Tuhan.

Salah satu interpretasi menarik yang beredar dalam tradisi populer menyebutkan bahwa "lubang jarum" merujuk pada sebuah gerbang kecil di tembok Yerusalem, yang konon. Gerbang ini sangat sempit, sehingga seekor unta hanya dapat melaluinya jika ia menunduk dan diturunkan muatannya. Maka, analogi tersebut dipahami sebagai ajakan untuk merendahkan diri dan melepaskan beban duniawi.

Meski begitu, hingga kini tidak terdapat bukti arkeologis maupun historis yang sahih mengenai keberadaan gerbang tersebut pada masa Yesus. Karena itu, banyak ahli Kitab Suci menganggap bahwa pernyataan tersebut adalah ungkapan metaforis yang murni, dan bukan deskripsi literal terhadap kondisi geografis tertentu.

Dengan demikian, ayat ini lebih tepat dipahami sebagai kritik terhadap kecenderungan manusia untuk menaruh harapan pada materi, serta ajakan untuk menjalani kehidupan dengan kerendahan hati, ketaatan, dan keterbukaan terhadap nilai-nilai ilahi.

Post a Comment

0 Comments