BASMALLAH - INTI DIEN
Alloh menciptakan manusia dalam kondisi berpasang-pasangan dan
menjadikannya bersuku-suku dan berpasang-pasangan, tujuannya adalah untuk Lita’arofu
‘saling mengenal’ dan bukan untuk saling menumpahkan darah 2/30
Manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
tersebut terdiri dari :
1.
Kelompok Agamis Islam, merasa
cukup dengan apa yang sudah mereka peroleh dari nenek moyang 2/170
2.
Kelompok Ahli Kitab, yakni pihak
Yahudi dan Nashrani, mereka tidak akan meningggalkan ilah mereka sebelum
didatangkan bukti yang nyata 98/1-6
3.
Kelompok Atheis, mereka
menjadikan nafs sebagai illah dan bahwa hidup hanyalah kehidupan kita di dunia
dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi.
Ketiga kelompok manusia ini di
dalam memahami kitab /pedoman hanya berdasarkan zhaniyun amaniyun’
persangkaan , mereka adalah ummi 2/78 ‘tidak faham kitab dan iman dan yang
menjadi tolok ukur pengabdian mereka adalah “kebaikan”bukan berdasar kebenaran
ilahiat 18/103-105. Namun, ada sebagian kecil dari mereka yang dipilih oleh
Alloh untuk dapat memahami kitab atau pedoman baik Taurat, Injil, maupun
Al-Qur’an.
Dalam kaitannya dengan pemahaman
akan kitab, terdapat empat maqom atau tingkatan :
1.Mereka yang memahami pedoman
masih dalam kerangka Al-Qur’an as kitab suci
Dalam maqom
ini terdapat dua pendekatan /metode dalam upaya memahami kitab,
a.
Metode Tahlili → dalam kerangka
mushaf → Al-Fatehah - An-Nas → cara membaca dan menerjemah
b.
Metode Maudhoi → dalam kerangka
tematik /pertema → cara belajar
Oleh
kalangan sufi, maqom ini disebut maqom syari’at, tingkatan terendah, sebagai
akibat mereka masih disibukkan dengan ritual ibadah yang wajib seperti sholat,
shoum, haji, zakat, dan lain-lain.
2.Mereka yang memahami Alfatehah
yakni ilmu tentang sunnah rosul, bentuk konkrit atau bayyinat tentang bagaimana
cara mengaplikasikan Al-Qur’an. Di sini baik metode tahlili maupun maudhoi
sudah ditinggalkan. Maqom ini disebut dengan maqom thoriqot.
3.Yang ketiga adalah mereka yang
memahami ilmu Basmallah yang merupakan esensi atau hakekat daripada dien.
Al-Qur’an yang
terdiri dari 114 surat sebenarnya adalah penjabaran dari isme-isme
‘ajaran-ajaran’ Alloh (99 asmaul husna) 7/180. Isme-isme Alloh itu tersarikan
dalam sifat ar-Rohman dan ar-Rohim Alloh. Ar-Rohman dan ar-Rohim Alloh inilah
yang menjadi inti daripada dien. Barang siapa yang menguasai ilmu Basmallah
hakekatnya adalah dia tahu hakekat tentang dien al-Islam. Oleh karena itu,
tingkatan ini dikenal dengan maqom hakekat.
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ “BI ISME ALLOH AR-ROHMAN AR-ROHIM”
Berdasarkan
Isme Alloh yang Rohman dan yang Rohim
Bentuk
Alloh selaku Sang Rohman adalah al’alamin atau alam semesta yang telah
diciptakan oleh Alloh baik yang hidup maupun yang mati ditundukan bagi
kepentingan manusia 31/20. Sebagai akibat seluruh alam semesta yang materi
telah ditundukan untuk manusia, maka manusia bisa dengan sangat mudah memenuhi
segala kebutuhan hidup sehari-harinya. Manusia bisa memetik sayur-mayur tanpa
ada sikap melawan yang keras dari sayur-mayur tersebut, bisa memotong ayam
untuk dikonsumsi tanpa ada penolakan dari si ayam yang bersangkutan, dan masih
banyak lagi yang lainnya. Itulah bentuk telah ditundukkannya al’alamin bagi
kepentingan manusia dan ini juga adalah bayyinat bahwa manusia oleh Alloh
diciptakan dalam “bentuk yang terbaik” 95/4, 41/9-12.
Jika ar-Rohman dalam bentuk materi
yakni ditundukannya al-alamin bagi kepentingan manusia, maka ar-Rohim tidak
berbentuk materi melainkan inmateri atau nilai yakni pengajaran
akan isme-isme Alloh (Al-Qur’an) sebagaimana Adam diajarkan Alloh mengenal
isme-isme seluruhnya وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ
كُلَّهَا 2/31. Dengan bekal inilah Adam kemudian
berhasil menyatukan manusia-manusia yang awalnya berpecah-belah
saling menumpahkan darah karena
memperebutkan sumber daya alam yang terbatas dalam rangka memenuhi keinginan
nafsnya yakni 7 unsur. Hal yang telah terjadi pada Adam ini telah berulang kali
terjadi pada rosul-rosul Alloh yang hendak menegakan dien-Nya. Untuk
membebaskan Bani Israel dari perbudakan dan sifat melampaui batas
Fir'aun, maka Musa dibangkitkan dari kalangan Bani Israel yang tertindas
tersebut dengan diajarkan akan isme-isme (dien) Alloh. Ketika Bani Israel
dihinakan yakni mereka diperbudak oleh bangsa-bangsa sebagai akibat sikap
"sundal" lebih mencintai kehidupan dunia daripada kahidupan
akhirah maka dibangkitkanlah Isa untuk memuliakan mereka dengan
diajarkan isme-isme Alloh. Sebagaimana Adam,
Musa, dan Isa yang diajarkan isme-isme
Alloh untuk dapat menegakan dien Alloh,
maka
Muhamad yang hidup dalam komunitas Arab jahiliyah yang ummi pun
diajarkan akan isme-isme Alloh (basmallah atau dien) untuk mengubah komunitas
Arab yang jahiliyah tersebut menjadi bangsa Arab yang sangat disegani. Itulah
wujud Alloh sebagai ar-Rohim 'Sang Penyayang' yakni Alloh mengajarkan ilmu
/firman-Nya kepada hamba-Nya sehingga hamba tersebut dapat keluar dari kondisi
zhulumat (dien Alloh runtuh) kepada kondisi nur (dien Alloh tegak). Ar-Rohim
ini diberikan Alloh hanya kepada mereka yang mau menjadikan hanya Alloh selaku
Rob, Alloh selaku Malik, dan Alloh selaku Ma'bud.
Berkasih Sayang dalam Dien
Basmallah yang merupakan summary conclution
daripada al-Fatehah dimana di sini disebutkan tentang ar-Rohman 'pengasih' dan
ar-Rohim 'penyayang' adalah ilmu tentang bagaimana cara "berkasih
sayang" dalam dien. Jadi, orang yang memahami basmallah adalah
orang yang bisa berkasih sayang dengan orang-orang dalam satu sistem atau dien.
Yang perlu disadari adalah bahwa sikap berkasih sayang itu ada atau dapat
diterapkan manakala sistem atau diennya telah ada. Oleh karena itu, untuk tahap
awal yang harus dilakukan adalah an-Aqimudien. Untuk selanjutnya perlu dipahami
juga bahwa berkasih sayang itu terdiri dari dua lingkup yang berbeda yaitu
lingkup secara internal dan lingkup secara eksternal.
Secara Internal
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ
رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.Qs.48/29
Kita sebagai hamba yang dipilih
Alloh untuk berada dalam garis yang sama dengan Muhammad berdasarkan ayat di
atas adalah orang-orang yang saling berkasih sayang antarsesama meskipun pada
sisi yang lain mereka adalah orang-orang yang keras terhadap orang-orang kafir.
Bentuk berkasih sayang secara internal dalam satu system tersebut ditunjukan
dengan sikap give and give 'saling memberi tanpa ada keinginan untuk
menerima balasan' Qs.74/6, sikap menolong 'saudaranya' Qs.9/71, dan sikap
lebih mengutamakan saudara daripada diri sendiri Qs.59/9
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain……….Qs.9/71
Sikap give and give yang menjadi
style hidup daripada komunitas Alloh ini sebenarnya telah digambarkan
oleh makhluk Alloh yang akwan (alam materi) yang telah pasti berdien
kepada Alloh baik secara sukarela maupun terpaksa dalam bentuk selalu bersabbahah
'selalu beraktivitas' berdasarkan isme Alloh. Sayur-mayur yang mudah untuk
dipetik, ayam yang tidak berontak ketika dipotong, air bersih yang selalu
tersedia untuk diminum, dan lain sebagainya merupakan gambaran sikap give and
give mereka dalam bertasbih kepada Alloh. Itulah bentuk berkasih sayang secara
internal dalam satu system, lalu bagaimana bentuk berkasih sayang secara
eksternal ?
Secara Eksternal
وَالْعَصْرِ 0إِنَّ الْإِنْسَانَ
لَفِي خُسْر0 إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Qs.103/1-3
Kondisi kehidupan saat ini
dimana banyak orang berada dalam kemusyrikan adalah sesuatu yang tidak
diinginkan secara sengaja oleh mereka, melainkan terjadi begitu saja yang telah
dimulai sejak beratus-ratusan tahun sebelumnya. Inilah yang dikenal dengan dosa
turunan. Bagaimanapun versi cerita daripada kondisi kehidupan masyarakat
saat ini, tetap yang menjadi fokus adalah bahwa mereka tidak sadar dengan
status kemusyrikannya. Dengan didasarkan atas pemahaman tersebut, maka sudah
menjadi kewajiban bagi kita untuk menyelamatkan orang-orang (mereka) yang
semula berada di luar system Alloh untuk masuk ke system yang haq tersebut.
Bagaimana caranya? Yakni dengan bertalwiyah! Jadi, talwiyah yang merupakan
salah satu program dalam ibadah kita saat ini adalah bentuk berkasih sayang
secara eksternal. Bagi mereka yang tidak menjalankan hal-hal tersebut oleh Alloh
dikatakan sebagai orang-orang yang merugi (103/1-3).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا
تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Qs.49/12
Sebagaimana perkembangan iman
yang bisa diperhambat 3/14, 9/24, tumbuhnya sikap rohman dan rohim (berkasih
saying) dalam pribadi mukmin pun bisa diperhambat yakni oleh penyakit-penyakit
qolbu 49/12. Penyakit qolbu ini diawali dengan timbulnya dzoniyun amaniun
'persangkaan' yang kemudian menimbulkan atau memunculkan penyakit-penyakit
qolbu yang lainnya seperti uzub 'sombong, riya, khianat, dendam, bakhil,
iri, fitnah, dan lain sebagainya. Sekarang barulah mudah untuk difahami kenapa
untuk tahap awal kita diperintahkan oleh Alloh untuk menegakan dien. Jadi,
tujuan diciptakannya dien dimana dalam usaha penegakannya menggunakan
Al-Qur,an adalah untuk memerangi dan membendung penyakit-penyakit qolbu
tersebut. Bahwa orang-orang yang ikut berjihad menegakan dien ini awalnya
adalah orang-orang yang banyak berpenyakit qolbu sebagai akibat baru keluar
dari dien thogut yang lama kemudian dalam perjalanan penegakan diennya
peyakit-penyakit tersebut tahap demi tahap dihilangkan dengan dimasukkanya ayat-ayat
Alloh (Alqur'aan) ke dalam qolbu mereka 17/81.
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ
الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Dan katakanlah: "Yang benar
telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu
adalah sesuatu yang pasti lenyap. Qs.17/81
Ini adalah gambaran kondisi yang
memberitahukan kepada kita bahwa An-Aqimudien (tegaknya dien) yang merupakan
syarat untuk dapat berkasih sayang dalam satu sistem bukanlah the ultimate
goal 'tujuan akhir. Setelah dien Alloh tegak masih ada hal yang lebih besar
yang harus diperangi yaitu memerangi nafsu. Bagi mereka yang telah mampu
untuk memerangi hal-hal tersebut tempatnya adalah surga Qs.7/43
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ
مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا
اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ
الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Kami cabut segala macam
dendam yang berada di dalam sudur mereka; mengalir di bawah mereka
sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah
menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat
petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang
rasul-rasul Robb kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka:
"Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu
kerjakan."
Lalu siapa yang mampu mewujudkan
kondisi ini, yang bisa menghilangkan penyakit-penyakit qolbu tersebut, yang
menyatukan orang-orang yang awalnya adalah berpecah belah? Dialah Rosul
yang memahami ilmu alief.
4.
Tingkatan Ma'rifat
Seseorang yang berada dalam tingkatan ini adalah
dia yang memahami ilmu alief , dia yang telah menyatu dengan al'alamin. Alief
secara bahasa berasal dari kata أَلَّف 'allafa'
yang bermakna menyatukan, menyatukan orang-orang yang awalnya adalah berpecah
belah. Dia yang mampu mengaktualkan hal ini adalah rosul sebagai orang yang
memahami ilmu alief.
Demikianlah penjelasan keilmuan
basmallah atau inti dien yang inti daripada keilmuan ini adalah sikap berkasih
sayang dalam satu sistem.
0 Comments