Ticker

6/recent/ticker-posts

Konsep Khilafah

 

Memang pada kenyataannya, dalam kondisi sekarang, apabila ada sebagian kalangan, mengutarakan konsep Khilafah sebagai solusi menyelesaikan permasalahan bangsa-bangsa, pemikiran tersebut dianggap sebagian besar orang sebagai sesuatu yang aneh dan hal yang tidak masuk akal untuk diwujudkan. Pasalnya, di zaman penuh dengan modernitas, dan segala sesuatu sudah sangat bebas untuk berfikir dan bertindak, sangat tidak pas, apabila konsep Khilafah, yang dianggap sudah ketinggalan zaman, bisa diterapkan di era Millenial sekarang. Banyak dari kita  yang beranggapan bahwa konsep Khilafah adalah sesuatu yang kuno, dan hanya pantas diberlakukan di zaman para Nabi dan Rasul, di era sekarang, mana mungkin konsep Khilafah bisa diberlakukan, karena memandang hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi dunia saat ini, dan mengganggap sistem Demokrasi lah yang paling tepat diberlakukan sebagai bentuk menyesuaikan zaman.

Bagaimana sebenarnya cara pandang dari masyarakat Indonesia menyikapi tentang konsep Khilafah sebagai cara untuk mengatasi persoalan bangsa-bangsa ? Tentu sudah barang tentu, kita sudah mengetahui, bahwa Indonesia memberlakukan sistem Demokrasi dalam pemerintahannya, hal ini adalah bagian dari Reformasi, yang dilakukan oleh para penggagas Reformasi, dan pendukungnya, untuk menggulingkan sistem Orde Baru, yang dahulu berlaku di Indonesia.

Hal itulah mengapa, di Indonesia sampai sekarang menganut sistem Demokrasi dalam pemerintahannya, dan dalam pemilihan kepala pemerintahan atau presiden, haruslah melalui pemilihan umum, yang merupakan perwujudan dari sistem Demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Sehingga, dari cara tersebut, yang dianggap cara terbaik untuk memilih wakil rakyat, adalah sesuatu yang adil dan merupakan cara satu-satunya yang benar, karena dengan begitu aspirasi dari rakyat menjadi bagian terpenting dalam menentukan nasib bangsa. Kemudian, seiring waktu, kita mendengar, salah satu tokoh yang dulunya merupakan ujung tombak dari era perubahan di Indonesia, yang dulunya Indonesia menganut sistem Orde Baru, dengan peran tokoh ini menjadi sistem Demokrasi.
Hal yang sangat aneh, ketika baru-baru ini, dia mengemukakan konsep Khilafah, sebagai cara mengatasi persoalan bangsa Indonesia ? Seolah-olah dia melupakan sejarah tentang bagaimana dia begitu getol memperjuangkan nasib bangsanya, sehingga dia menjadi penggagas Reformasi di era Orde Baru. Hal apa yang mendasari tokoh tersebut dan beberapa tokoh lainnya, melirik sistem Khilafah sebagai solusi bangsa? Hal yang wajar sebenarnya, karena banyak kekurangan dalam sistem Demokrasi, sehingga seiring waktu, sistem ini dirasa kurang tepat berlaku di Indonesia, apalagi bagi umat Islam, menganggap bahwa bencana, maupun segala hal yang mendatangkan kemudharatan bagi manusia, berasal dari sistem yang salah, dan pemimpin yang salah, sehingga wajar, umat Islam mendengar ada salah satu provinsi yang merupakan provinsi paling penting di Indonesia, di pimpin oleh seseorang di luar Islam, dianggap hanya akan mendatangkan kemudharatan bagi Indonesia.
Sehingga, hal yang sangat wajar, apabila umat Islam mulai melirik sistem Khilafah, namun hal tersebut kemudian malah dianggap sesuatu yang mengarah makar atau mencoba menggulingkan kekuasaan, dan menyebabkan permasalahan bangsa menjadi semakin banyak.

Dalam kenyataannya, gagasan tersebut ternyata malah menunjukkan kebenaran lain, bahwa aktor politik, tetaplah sebagaimana sifat aslinya, yang hanya menginginkan jabatan, kekuasaan, dan kekayaan. Hal yang wajar sebenarnya, karena sistem Demokrasi memerlukan modal yang sangat besar, untuk bisa mencalonkan sebagai wakil rakyat, bahkan untuk setingkat wakil rakyat untuk kabupaten, perlu menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk maju mencalonkan diri sebagai Bupati.
Namun, bagaimanapun kondisi zaman saat ini, konsep Khilafah lah satu-satunya yang merupakan sistem yang berasal dari Tuhan Semesta Alam, yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul, karena bagaimanapun, Kitab yang menjadi pedoman hidup manusia, hanyalah Al Qur'an, artinya Kitab ini lah yang menjadi pegangan, dalam menentukan sistem apa yang tepat diberlakukan di dunia, khususnya di Indonesia. Berbicara tentang Al Qur'an, bukan hanya berbicara tentang umat Islam, karena Al Qur'an adalah Kitab yang sifatnya universal, berisikan semua kisah perjalanan hidup Nabi dan Rasul yang juga diceritakan pada Kitab umat Nasrani, maupun Kitab umat Yahudi, dan hukum-hukum nya pun sama halnya dengan hukum-hukum yang terdapat dalam Al Qur'an, dalam Al Qur'an surat Al Maidah ayat 44 sampai dengan 50, diceritakan tentang hukum Allah yang terdapat pada Taurat, Injil, maupun Al Qur'an, dan dipertanyakan oleh Allah, dalam keterangan di ayat 50, tentang mengapa manusia memilih hukum selain hukumNya atau hukum jahiliyah, padahal, Tuhan Semesta Alam menegaskan tidak ada hukum selain hukumNya yang lebih baik.

Jawabannya, kembali kepada keyakinan kita masing-masing mengenai hukum apa yang terbaik bagi manusia, bagi Tuhan Semesta Alam, HukumNya lah hukum yang terbaik yang dia tetapkan bagi manusia, baik di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an, Kitab-kitab yang Dia turunkan kepada manusia, mengajarkan tentang  hukum-hukumNya untuk diberlakukan bagi manusia, atau cipataanNya, baik itu Nabi Yesus (Nabi Isa as) yang diturunkan Kitab Injil, mengatakan kepada yang mengikutinya bahwa dia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat, tapi menggenapinya atau mewujudkan segala hukum yang terdapat dalam hukum Taurat, begitu pula Nabi Muhammad saw, hanyalah berfungsi membenarkan Kitab-Kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, artinya, dalam hal ini tugas Nabi Muhammad saw, hanyalah menggenapi atau membenarkan Kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil, bahwa benar Hukum TSA yang diterangkan pada Kitab-kitab sebelumnya adalah hukum yang terbaik, seperti diterangkan pada ayat 50, dan dia bertugas menjaganya, dalam artian, menjaga agar Hukum Tuhan dapat berlaku ditengah-tengah manusia.

Berbicara hukum Tuhan, maka berbicara tentang Khilafah, Khilafah tidak ada kaitannya dengan paham agama manapun, karena Hukum Tuhan berlaku universal, kepada seluruh umat manusia, lebih khusus kepada penganut ketiga ajaran samawi, karena Nabi Abraham (Nabi Ibrahim as) adalah menjadi teladan atau panutan dari keturunannya, baik itu Nabi Musa as, Nabi Yesus (Nabi Isa as), dan Nabi Muhammad Saw, adalah keturunan dari Nabi Abraham (Nabi Ibrahim as), sehingga mereka semua membawa ajaran yang bersumber dari Nabi Abraham (Nabi Ibrahim as).

Memang pemahaman ini adalah sesuatu yang tidak umum atau baru bagi kita, dikarenakan sifat fanatik berlebihan akibat dari kebiasaan nenek moyang kita, yang menganggap bahwa kebenaran berasal dari sesuatu yang telah diyakini sejak lama, ketika ada seseorang yang berfikiran diluar dari kebiasaan, memang sangat sulit untuk diterima, dianggap Kristenisasi, maupun Islamisasi, seakan-akan, Tuhan membawa agama kepada manusia, manusia lah yang membuat agama, bukan Tuhan, dari sejak dahulu, para utusan Tuhan, tidak ada mengganggu dan meniadakan agama dan keyakinan manapun, dibuktikan sampai sekarang, keyakinan apapun tetap bertahan, bahkan keyakinan primitif sekalipun, seperti animisme maupun dinamisme, para utusan tersebut hanya membawa kebenaran bahwa Hukum Tuhan dan Sistem Khilafah atau Kekuasan dari TSA lah yang pantas diberlakukan di seluruh sendi kehidupan manusia.

Dalam hal ini, Tuhan hanya mengajarkan tentang sistem hidup ketundukpatuhan kepadaNya, yang dia istilahkan dengan Din, seperti halnya langit dan bumi tunduk kepadaNya, seperti itulah harusnya manusia, tunduk terhadap apa? Tunduk terhadap hukumNya atau hukum yang terdapat pada Kitab-kitabNya. Memang Tuhan Semesta Alam, sering menyebut kata muslim, aslama, dll, dalam Al Qur'an, hal tersebut sebenarnya menunjukkan sifat berserah diri seorang makhluk terhadap penciptaNya, seorang yang menyebut dirinya muslim, berarti seseorang yang berserah diri kepada Tuhan Semesta Alam, dan apabila seseorang mengatakan dirinya adalah berkeyakinan Islam berarti dirinya menganut keyainan bahwa hukum Allah lah yang menjadi bagian hidupnya, sifat berserah dirilah kepada Hukum Allah lah yang menyebabkan seseorang dikatakan menganut ajaran Islam di dalam hidupnya, bukan hanya berbicara ritualitas, tapi sudah kepada hal yang lebih kompleks, atau lebih universal.
Bagaimanapun, ritualitas hanya diberlakukan ketika kondisi sistem Tuhan menang diatas sistem lainnya, bisakah kita mengatakan sistem Tuhan menang apabila sistem Tuhan masih diletakkan di bawah dari sistem bangsa-bangsa, atau disebut dalam Al Qur'an sebagai sistem jahiliyah atau sistem yang memperbodohi manusia.

Ritualitas adalah bagian dari ceremony, wujud kegembiraan dan pengingat akan kemenangan yang telah didapatkan, sehingga pantaskah kita bergembira, jika kita sebagai seorang yang meyakini bahwa Hukum Tuhan adalah hukum terbaik, tapi dalam kehidupan kita, kita melihat Hukum Tuhan, diletakkan dibawah, dan hanya memikirkan sorga dengan hanya bermodalkan melakukan ritualitas, padahal bentuk ibadah tidak bisa perorangan, seandainya bisa perorangan, mengapa Nabi Muhammad saw, dan nabi-nabi lainnya mengumpulkan pengikut untuk mengikutinya, ada alasan apa dia berdakwah terus menerus dalam rangka mengumpulkan umat ?

Sesuatu hal yang baru dan mungkin dianggap sesuatu yang aneh, jika kita beranggapan setiap umat ada ajalnya, seperti diterangkan pada Al Qur'an surat Al A'raf ayat 34, dan dikarenakan Al Qur'an adalah satu-satunya sumber kebenaran bagi manusia, yang membenarkan Kitab-kitab sebelumnya, atau di dalamnya juga berisikan hukum-hukum yang diterangkan pada Kitab sebelumnya, maka hal yang pasti dan bukan sesuatu yang bisa dielakkan, bahwa setiap umat memiliki ajalnya, termasuk kekuasaan yang tegak saat ini, yang dirasa oleh sebagian besar masyarakat dunia tidak akan runtuh, padahal bisa saja runtuh jika sudah tiba ajalnya atau batas waktunya, artinya, sistem Demokrasi dan sistem lainnya yang dianut oleh bangsa-bangsa saat ini, memiliki batas waktunya, ketika sudah batas waktunya sudah habis maka akan digantikan dengan sistem yang menjadi lawan dari sistem tersebut, sehingga, hal yang benar dan masuk akal, jika kita yang meyakini kebenaran Kitab-kitabNya, meyakini bahwa dunia akan bergejolak, dan akan datang zaman hura-hara, sehingga sistem yang dulunya nampak megah kelihatannya, akan runtuh, digantikan dengan sistem yang haq atau benar atau sejati bagi manusia, yaitu sistem Khilafah, seperti halnya dibawa oleh para Nabi dan RasulNya atau utusanNya. Pertanyaannya bagi kita, siapa yang menegakkan sistem ini ? Kebenarannya adalah kekuasaan berada di tangan Tuhan Semesta Alam, siapapan yang dipilih untuk menjadi penggagas utama dalam membangkitkan sistem yang dulunya dibawah menjadi kembali tegak seperti di era zaman Nabi Muhammad, dan Nabi-nabi sebelumnya adalah merupakan pilihanNya dan bagian dari rencana besarNya, dikarenakan akhir zaman bukanlah sesuatu yang dapat di elakkan, dan bagi kita sebijak-bijaknya dapat kita lakukan adalah menjadi seseorang yang memahami bahwa ada peran Tuhan Semesta Alam dalam setiap kejadian yang terjadi ditengah-tengah manusia.


Post a Comment

0 Comments