Banyak yang berpandangan kalau agama yang ada pada hari ini tidak ada kaitan satu sama lain, benarkah demikian ?
Mayoritas ahli agama berpendapat dan berkeyakinan bahwa setiap para Rasul Allah membawa agama yang baru dan berbeda sebagai pengganti dan penyempurna dari agama yang dibawa oleh Rasul sebelumnya.
Menurut mereka apa yang Allah wahyukan kepada Abraham (Ibrahim as) adalah ajaran yang berbeda dengan ajaran Moses (Musa as), Yesus (Isa as), dan Muhammad saw, dimana mereka menganggap setiap Rasul datang membawa ajaran yang berbeda dan lebih sempurna dari ajaran para Rasul yang datang sebelum Rasul tersebut.
Jikapun diantara ajaran para dan Rasul Allah memiliki hubungan dan kesamaan, itu hanya sebatas teologis (ilmu yang mempelajari tentang ke-Tuhan-an), yaitu mereka sama-sama beriman kepada Allah.
Doktrin atau ajaran agama tersebut tentu saja patut dipertanyakan kebenaran -nya karena tidak memiliki dasar kewahyuan (keilmuan) yang kuat.
Bukankah semua Rasul Allah diutus dan mendapat tugas yang sama dari -Nya ?
Yaitu, untuk mengembalikan manusia kepada fitrah -nya yang sejati,
Muhammad saw oleh umat Islam selalu di klaim sebagai pembawa agama terakhir (agama Islam).
Sebuah agama yang berbeda dengan agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Bahkan para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya dikatakan membawa ajaran agama yang belum sempurna, demikianlah pemahaman agamis yang ditanamkan kedalam kesadaran umat Islam hari ini
Padahal umat beragama pada hari ini, tentu memahami dengan baik, siapa sosok Abraham (Ibrahim as),
yakni, sosok yang merupakan orang yang berpengaruh dari tiga agama samawi yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat dunia saat ini.
Seperti kita ketahui, baik Moses (Musa as), Yesus (Isa as), dan Muhammad saw, adalah merupakan keturunan-keturunan -nya yang berasal dari dua istrinya,
yaitu Sara (Siti Sarah), dan Hagar (Siti Hajar)
artinya, ajaran yang mereka bawa semestinya merupakan ajaran yang bersumber dari Abraham (Ibrahim as), dikarenakan mereka adalah keturunan-keturunan -nya.
Faktanya pada kondisi hari ini, ketiga golongan tersebut, yang sejatinya adalah ‘saudara’
malah sibuk saling bermusuh-musuhan, padahal mereka adalah sama-sama berasal dari Abraham (Ibrahim as).
Lalu pertanyaannya mengapa itu bisa terjadi ? Jawabannya adalah dikarenakan mereka melupakan jati diri mereka
bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama, yakni keturunan Abraham (Ibrahim as).
Kebanyakan umat beragama pada hari ini berpandangan bahwa tata cara hidup atau sebutan lainnya adalah ‘millah’, yang dibawa oleh Abraham (Ibrahim as)
merupakan ajaran yang berbeda dengan ketiga ajaran dari keturunan-keturunan -nya, padahal jika kita mau berfikir dengan menggunakan akal sehat kita maka
tidak -lah mungkin jika ajaran yang dibawa oleh anak yang beribadah atau mengabdi kepada Tuhan -nya bapak -nya, berbeda dengan ajaran yang dibawa bapak
dikarenakan Tuhan yang mereka yakini sebagai Tuhan mereka adalah sama
yakni Allah, Tuhan Semesta Alam, Tuhan yang Maha Esa, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Pertanyaannya sekarang mengapa keturunan-keturunan -nya sudah tidak lagi mengenal dengan baik ajaran bapak -nya
yakni ajaran yang mengajarkan untuk berserah diri atau tunduk patuh (aslama;islam), kepada sang pencipta
yang menjadi Rabb (Pengatur), Malik (Penguasa;Raja), dan Illah (Yang Ditaati;Tuan) bagi alam semesta, termasuk manusia di dalam -nya ?
Dikarenakan keturunan-keturunan -nya, sudah sibuk ‘berpecah-belah’, saling mengklaim bahwa mereka -lah umat yang diberkati Tuhan
sehingga klaim tersebut menimbulkan ‘fanatisme’ berlebihan, yang mengakibatkan timbulnya konflik berkepanjangan antar saudara-saudara mereka sendiri.
Padahal dalam Al Qur’an sendiri menegaskan bahwa Ibrahim as (Abraham) adalah figur yang harus di ‘uswah’ (contoh) bagi seluruh keturunan -nya, dan tata cara hidup -nya
yakni ‘Millah Abraham’, adalah merupakan jalan hidup yang ‘wajib’ diikuti oleh seluruh keturunan -nya, baik yang berasal dari Israel (Yakub as)
maupun yang berasal dari Ismael (Ismail as), dikarenakan jalan hidupnya -lah merupakan jalan hidup yang benar, bukan jalan hidup selain itu.
Mari kita pahami dengan sebaik-baiknya keterangan dalam Al Qur’an yang diterangkan di bawah ini !
Al Qur’an surat Aali-Imran [3] ayat 95 :
قُلْ صَدَقَ ٱللَّهُ ۗ فَٱتَّبِعُوا۟ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًۭا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ [٣:٩٥]
Katakanlah (Muhammad): “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah ‘Millah Ibrahim’ (Abraham) yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.
Pada keterangan surat diatas, terdapat keterangan bahwa Muhammad saw mengikuti ‘Millah Ibrahim’
yakni tata cara hidup (agama) yang dijalankan oleh Ibrahim as (Abraham), dikarenakan Ibrahim as (Abraham) adalah sosok yang lurus atau hanif
yang selalu berjalan di jalan yang lurus, yakni di jalan ‘shirothol mustaqim’, jalan yang dilalui oleh orang-orang diberi nikmat, yaitu bukan jalan yang sesat.
Dimana, jalan shirothol mustaqim disini, jika dikembalikan kepada pemahaman yang terdapat di dalam Al Qur’an, bukan lah jalan seperti rambut dibelah tujuh
melainkan jalan yang dilalui oleh orang-orang yang memperjuangkan Din Allah tegak di muka bumi
seperti yang dilalui oleh Moses (Musa as) dan pengikutnya, Yesus (Isa as) dengan pengikutnya, maupun Muhammad saw dengan pengikut -nya.
Perhatikan keterangan surat yang diterangkan di bawah ini !
Al Qur’an surat Al-Fatihah [1] ayat 6 dan ayat 7 :
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ [١:٦]
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ [١:٧]
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Al Qur’an surat An-Nisa’ [4] ayat 69 :
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّـٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَـٰٓئِكَ رَفِيقًۭا [٤:٦٩]
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul -Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan ‘orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah’, yaitu: -, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Begitupula Israel (Yakub as), yang diterangkan pada surat yang diterangkan di bawah ini, juga mengikuti Millah Abraham/Ibrahim as, yakni Din Al-Islam, Din atau sistem hidup dan kehidupan yang mengajarkan untuk aslama atau tunduk patuh kepada -Nya.
Artinya, seluruh keturunan Israel (Yakub as), atau disebut dengan bani Israel,
mengikuti Millah Abraham atau jalan hidup Abraham, yakni Din Al Islam
dan mereka semua adalah muslim, sebutan bagi orang-orang yang menjadikan sistem ketundukpatuhan hanya kepada -Nya sebagai jalan hidup mereka.
Dimana, Israel (Yakub as) menegaskan kepada keturunan-nya bahwa hanya Illah (Tuan) nenek moyang nya, yakni Ibrahim (Abraham), Ishak, dan Ismail
yang harus satu-satunya mereka ibadati/abdi, bukan selain daripada -nya.
Maka, dari keterangan surat di bawah ini, sejatinya jelas menerangkan kepada kita, bahwa Ismael pun merupakan nenek moyang atau leluhur secara ‘spritual’ dari Bani Israel
dikarenakan dirinya adalah saudara dari Ishak, dan juga anak dari Ibrahim (Abraham), selain itu, keturunan Ismael, dalam catatan sejarah bani Israel
juga turut menyemarakkan Kerajaan Allah, ketika Yerusalem dipimpin oleh Moses (Musa as) maupun Yesus (Isa as).
Artinya, jelas menerangkan kepada kita, ikatan persaudaraan antara keturunan Ibrahim as (Abraham), bukanlah sesuatu yang dengan mudah untuk diputus begitu saja.
Al Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 132 :
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ [٢:١٣٢]
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih ‘Din’ ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali menjadi ‘muslimun’ (berada dalam kondisi aslama atau tunduk patuh kepada -Nya)”.
Al Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 133 :
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَـٰعِيلَ وَإِسْحَـٰقَ إِلَـٰهًۭا وَٰحِدًۭا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ [٢:١٣٣]
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu ibadati (abdi) sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan beribadah (mengabdi) kepada Illah (Yang Ditaati;Tuan) mu dan Illah nenek moyang -mu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Illah Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.
Dimana, dalam keterangan surat di bawah ini, Muhammad saw sendiri mengajarkan kepada para pengikut -nya untuk beriman kepada Allah
dan kepada apa yang diturunkan kepada mereka, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim as (Abraham), Ismail as (Ismael), Ishak as, Yakub as (Israel) dan keturunan-keturunan -nya
Musa as (Moses), Isa as (Yesus), dan – lainnya. Artinya dalam hal ini, jelas menerangkan bahwa
ajaran yang dibawa Muhammad dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Rasul selain -nya adalah sama, sehingga tidak sepantasnya kita membeda-bedakan mereka, karena mereka sama-sama mengajarkan Din Al -Islam.
Perhatikan dengan seksama keterangan surat yang diterangkan di bawah ini !
Al Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 136 :
قُلْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ أُنزِلَ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَـٰعِيلَ وَإِسْحَـٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍۢ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ [٣:٨٤]
Katakanlah : “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para dari Rabb (Pengatur) mereka. ‘Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka’ dan hanya kepada -Nya-lah kami berserah diri”.
Dari penjelasan diatas, sangat jelas menerangkan kepada kita, bahwa ajaran yang dibawa oleh keturunan-keturunan Abraham (Ibrahim as) adalah sama
yakni Millah Abraham atau Din Al Islam.
Tegas -nya dalam hal ini, ajaran Millah Abraham bukanlah bagian dari ajaran agama Yahudi, Nasrani, dan Islam
dikarenakan agama-agama tersebut faktanya lahir setelah keruntuhan dari kekuasaan yang dibangun oleh para Rasul yang menjadi figur sentral dalam agama mereka.
Dimana jika berkaca dari sejarah mereka, ajaran para Nabi dan Rasul tersebut sejatinya menyangkut kekuasaan yang bersifat ‘episentrum dunia’ dan kehadiran kekuasaan tersebut tegak di muka bumi bertujuan untuk ‘rahmatan lil alimin’
bukan kekuasaan dengan skup kecil, yang hanya melingkupi satu negara
maupun hanya membahas ritualitas dan ajaran-ajaran yang sifatnya hanya menyenangkan penguasa yang berkuasa
dalam artian, hukum Tuhan yang tidak bersinggungan dengan penguasa dilaksanakan, sedangkan hukum Tuhan yang berseberangan di abaikan
Oleh sebab itu, sangat mengherankan jika pengikut Millah Abraham, dikatakan sebagai pembawa ajaran yang berbeda, dengan ajaran dari keturunan-keturunan -nya
padahal fakta -nya semua keturunan -nya, menginduk kepada dirinya.
Maka dapat kita simpulkan, baik Musa atau pun Yesus, sejatinya adalah pemeluk Islam atau muslim, yang mengikuti Millah atau jalan hidup/tata cara Abraham (Ibrahim as)
sama halnya juga dengan Muhammad yang juga mengikuti Millah Abraham, dimana,
mereka semua adalah orang-orang yang tunduk patuh atau berserah diri (aslama;islam) kepada sistem yang diundang-undangkan Tuhan kepada mereka
untuk hanya menjadikan Allah sebagai satu-satu- nya Rabb (Pengatur), Malik (Penguasa), dan Illah (Yang Ditaati;Tuan) bagi manusia.
Bukti lebih kongkrit bahwa semua ajaran para dan rasul membawa ajaran yang sama. Dapat kita lihat pada Al Qur’an surat [42] ayat 13, yang di terangkan di bawah ini.
Al Qur’an surat Asy-Syura [42] ayat 13 :
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًۭا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى ٱلْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ ٱللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ [٤٢:١٣]
Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Din (sistem -Nya) apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah Din dan janganlah kamu ‘berpecah belah’ tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik Din yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Din)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Pertanyaan -nya sekarang, kenapa pada kondisi hari ini ketiga umat yang dilahirkan dari Abraham (Ibrahim as) sibuk berpecah belah, dan bermusuhan satu sama lain ?
Jawabannya hanya satu, yakni tidak mau kembali untuk memaksimalkan kemampuan berfikir mereka untuk memahami Kitab-kitab mereka, yang sejatinya berpangkal kepada ajaran yang dibawa oleh Abraham (Ibrahim as).
Memang faktanya dalam hal ini, tidak bisa kita pungkiri, Tuhan mempergilirkan kekuasaan bagi keturunan-keturunan Abraham (Ibrahim as), mulai dari Musa as (Moses), Isa as (Yesus), sampai dengan Muhammad saw
dikarenakan berkat atau rahmat Tuhan, bukanlah bersifat ‘abadi’, tergantung sikap dari umat -Nya, jika umat -Nya setia kepada -Nya
maka Tuhan masih memberkati mereka, namun jika tidak, maka Tuhan menggantinya dengan umat lain, seperti itulah cara Tuhan bekerja, dikarenakan Tuan memiliki sifat Maha Pencemburu, yang sangat membenci jika diri -Nya diduakan oleh manusia.
Artinya, ketika Bani Israel tidak setia, yakni melakukan ‘kerusakan dua kali’, maka Tuhan mengganti umat yang lain yakni dari kalangan saudara mereka sendiri
yaitu dari keturunan Ismael, yakni Muhammad saw, hal ini sulit diterima oleh bani Israel, yang merasa hanya diri mereka yang diberkati, padahal mereka telah menyakiti -Nya, dengan mengambil tuan-tuan lain (berhala-berhala)
sebagai illah/allah (tuan) yang ditaati di Yerusalem dalam dua kesempatan yang Tuhan berikan kepad mereka, yang semestinya hanya Allah sajalah yang pantas mereka jadikan illah ditempat tersebut.
Sejatinya, hal ini bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri, tentang bagaimana kebesaran Darussalam yang dibangun di Mekkah (Tanah Arab) oleh Muhammad saw dan para pengikutnya,
yang sampai hari ini, dijadikan oleh pemeluk agama Islam, sebagai tempat untuk melaksanakan haji.
Pertanyaannya sekarang ?
Masihkah kondisi Islam di zaman sekarang, seperti halnya di zaman Kekhalifahan Islam yang dipimpin oleh sahabat-sahabat Muhammad saw sampai dengan kekhalifahan Islam di Turki, yang dihancurkan oleh Hulagu Khan ?
Jawabannya adalah, Islam hari ini, seperti ‘tercekik leher’ -nya, ‘terbelenggu tangan dan kaki -nya’
sehingga, mereka tetap tidak bisa ‘merdeka’ dengan sepenuhnya
dikarenakan masih ada rantai-rantai dari penguasa-penguasa yang ada di Blok Barat dan Blok Timur, yang masih ‘eksis’ sampai dengan hari ini.
Hal ini sejatinya, menyadarkan kita bahwa, manusia pada hari ini belum bisa beribadah/mengabdi kepada -Nya dengan benar
dikarenakan belum ada kekuasaan seperti hal -nya kekuasaan yang diberikan kepada para Rasul Zaman, sehingga, tidak mungkin bisa memberlakukan hukum Tuan, selama ada hukum selain -Nya sedang berkuasa pada hari ini.
Oleh sebab itu, tidak semestinya, di masa sekarang melakukan ‘jihad’, jika kekuasaan yang mendominasi di dunia masih kedua blok tersebut
seperti halnya di zaman Muhammad saw, dimana fakta sejarah -nya, Muhammad saw dalam kondisi demikian
hanya melakukan dakwah atau seruan kepada orang-orang agar kembali kepada -Nya dengan mengimani -nya sebagai Rasul Allah yang diutus di zaman tersebut.
Walaupun memang faktanya juga, Muhammad saw juga melakukan perang di tahapan setelah periode dakwah yang mereka lalui
namun, hal tersebut dia lakukan karena tidak ada jalan lain, dengan tujuan semata-mata untuk mempertahankan diri, dan menjaga keimanan -nya dan para pengikut -nya
yang dipaksa oleh para ahlul kitab di zaman -nya, untuk kembali ke ajaran musyrik Mekkah
yakni ajaran nenek moyang mereka yang tidak mengenal akan kebenaran, bukan atas dasar selain itu.
Dikarenakan berkat Tuan, kondisi dunia di zaman Muhammad saw saat itu memang sudah saat -nya kekuasaan dari Blok barat
yakni Romawi, dan Blok Timur, yakni Persia, menemui sa’ah atau batas waktu/ajal dari kekuasaan mereka, maka, Muhammad saw, dengan pertolongan Allah
mampu mengalahkan orang musyrik Mekkah, yang sangat tergantung dengan kekuasaan yang menguasai dunia saat itu
sehingga, Muhammad saw bisa menang dan berhasil mendirikan Darussalam atas pertolongan Allah.
Seperti halnya kondisi hari ini, banyak gerakan Islam yang muncul untuk mendirikan Khilafah (Kerajaan Allah) di zaman sekarang
namun, yang bisa ‘eksist’ sampai mendapatkan tujuan mereka hanyalah gerakan-gerakan yang bisa dikendalikan oleh negara adikuasa atau superpower
jika tidak, maka akan ditumpas habis sampai keakar -akar -nya, oleh kekuasaan adikuasa tersebut.
Artinya, walaupun kulit luar -nya nampak memberlakukan syariat Islam, tapi di dalam -nya, masih saja, terdapat kepentingan-kepentingan dari pihak asing
yakni penguasa yang berada diseberang lautan negeri -nya, yang meminta untuk membayar atas apa yang mereka berikan kepada mereka
yakni menjadi pasak atau tiang dalam kekuasaan mereka (negara boneka), sehingga negara tersebut dapat hidup dari belas kasihan mereka.
Maka, dari melihat kondisi hari ini, jelas menerangkan kepada kita, keturunan-keturunan Abraham (Ibrahim as) pada hari ini sedang dalam kondisi berpecah belah,
sehingga mereka tidak memiliki kekuatan dalam mengalahkan kekuasaan yang bukan berasal dari Abraham (Ibrahim as).
Padahal jika mereka memahami bahwa mereka adalah satu kesatuan, tidak lah mungkin jika Tuhan tidak memberikan kekuasaan -Nya kepada mereka, karena mereka adalah keturunan-keturunan Abraham (Ibrahim as)
yang diberkati atau dirahmati Tuan, untuk memimpin dunia, sama hal -nya dengan Adam, Nuh, dan keluarga Imran, yang diberkati oleh -Nya atas umat manusia (QS.Ali-Imran [3]:33).
Perhatikan keterangan Al Qur’an yang diterangkan dibawah ini !
Al Qur’an surat Al Baqarah [2] ayat 124 :
وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَـٰتٍۢ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًۭا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّـٰلِمِينَ [٢:١٢٤]
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb (Pengatur) -nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam/pemimpin bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”.
Maka, dari keterangan surat diatas, jelas menerangkan bahwa keturunan Abraham (Ibrahim as), dijanjikan oleh Tuhan menjadi imam atau pemimpin bagi umat manusia, artinya, kekuasaan diberikan Tuhan kepada keturunan-keturunan -nya, asalkan keturunan-keturunan -nya tersebut tidak berbuat zhalim, yakni melakukan perbuatan musyrik (QS.[31]:13)
Selanjutnya, perhatikan keterangan Kitab Kejadian yang diterangkan di bawah ini !
Kejadian [17] : 4-5 :
(4) “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
(5) Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
Kitab Kejadian [21] :9-13 :
(9) Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.
(10) Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”
(11) Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.
(12) Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan hamba -mu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.
(13) Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.”
Dari keterangan dua Kitab Kejadian yang diterangkan diatas, jelas menerangkan bahwa, Abraham (Ibrahim as) adalah bapak bagi bangsa-bangsa yang ada di dunia
hal ini sudah terbukti pada hari ini, bagaimana ajaran dari Moses (Musa as), Yesus (Isa as), maupun Muhammad saw, menjadi tiga agama besar yang ada di dunia saat ini
Dimana, fakta yang kita temui hari ini, janji Tuan kepada Sara, sudah terbukti di zaman Musa, maupun zaman Yesus, bahwa mereka berhasil mendirikan Yerusalem
walaupun di zaman Yesus, tidak ada bukti sejarah yang kongkrit mengenai hal tersebut, tapi di dalam Al Kitab maupun Al Qur’an
sejatinya menerangkan dengan jelas, bahwa Yesus bukanlah Nabi palsu, dirinya berhasil mendirikan Kerajaan Allah di bumi seperti hal -nya di surga
dalam arti, Yerusalem kedua berhasil ditegakkan kembali di zaman -nya, sesuai dengan prediksi atau nubuah dari – yang datang sebelum -nya.
Selain itu, janji Tuan kepada Ismael (Ismail as) pun terbukti, bahwa dari Ismael (Ismail as) pun diberikan Tuhan kekuasaan sama hal -nya dengan kekuasaan yang diberikan kepada Ishak as, hanya saja, tempat atau tanah yang diberikan kepada mereka berbeda.
Seperti kita ketahui, keturunan Isarel (Yakub as), yang merupakan keturunan dari Ishak as, diberikan Tanah Kanaan sebagai Tanah Perjanjian bagi mereka
dikarenakan tanah tersebut adalah tanah Abraham (Ibrahim as) yang dirinya wariskan khusus kepada keturunan Sara (Siti Sarah)
disebabkan Sara yang awal mula menemani perjuangan Abraham.
Selain itu juga, tanah tersebut adalah tanah ditujukan khusus untuk keturunan-keturunan yang disebut keturunan Abraham
yakni keturunan sebangsa dengan dirinya, bangsa Ur-kasdim (Babilonia), yakni bangsa yang awal mula mengikuti Abraham (Ibrahim as)
sebelum orang-orang Mesir menjadi pengikut Abraham (Ibrahim as),
Dimana, Bani Israel berasal dari keturunan murni dari Bangsa Ur-Kasdim, yang lahir dari Ribka (keturunan dari saudara Abraham) dengan Ishak
sehingga wajar jika yang disebut keturunan Abraham (Ibrahim as), dalam arti sebangsa dengan -nya adalah keturunan dari Ishak.
Namun itu bukan berarti Tuan mengabaikan peran Hagar, sebagai istri kedua Abraham (Ibrahim as)
dirinya pun dijanjikan oleh Tuan bahwa dari keturunan-keturunan -nya akan menjadi bangsa-bangsa
seperti halnya janji Tuan kepada Sara. Sejatinya, hal ini sudah terbukti
dari mulai perjuangan Ismael (Ismail as) yang berhasil mendirikan rumah Allah di bakkah (Mekkah)
dan sampai dengan Muhammad saw menjadikan Tanah Arab sebagai Darusalam, yakni negeri yang diberkati -Nya
yang damai dan sejahtera, setelah saudara-saudara -nya yang berasal dari Ishak as
yakni bani Israel melakukan perbuatan zhalim, sehingga Tuhan memberikan giliran selanjutnya kepada keturunan -nya,
Maka, dari penjelasan yang diterangkan diatas, sejatinya kita menjadi paham
bagaimana peranan Tuhan bekerja di dalam peradaban manusia, dan bagaimana Tuhan selalu menepati janji -Nya atas keturunan-keturuan Abraham (Ibrahim as).
Oleh sebab itu, sudah jelas bahwa baik agama Islam, agama Nasrani, maupun Agama Yahudi, sama-sama memiliki hubungan saling terkait satu sama lain
yakni sama-sama berasal dari Abraham (Ibrahim as).