Di dalam kehidupan beragama, kita tidak asing dengan pernyataan sepihak dari masing-masing agama, yang menganggap bahwa agama mereka -lah yang paling benar
sehingga jikalau ada yang berbeda dengan keyakinan dengan mereka, dianggap sebagai orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar, oleh karena klaim sepihak tersebut
menyebabkan sekelompok orang dari kalangan agama, memaksakan keyakinan mereka kepada orang lain, yang mereka anggap menyimpang dalam keyakinan mereka.
Seperti kita ketahui, pemeluk Islam pada hari ini, sudah tidak lagi satu atau tauhid, sudah banyak golongan-golongan yang bermunculan, yang mengangap golongan mereka paling benar
begitupula yang terjadi pada pemeluk Nasrani, tidak hanya satu golongan yang ada, melainkan sudah banyak golongan-golongan bermunculan, yang menganggap golongan mereka lah yang paling benar.
Pertanyaannya, mengapa hal tersebut bisa terjadi, bukan -kah agama yang mereka yakini mereka anggap sesuatu yang benar
kenapa banyak bermunculan golongan-golongan yang tidak merasa puas dengan kebenaran yang diyakini oleh mereka sebelumnya
sehingga melakukan pembaruan yang mereka anggap lebih benar dengan berbagai alasan ?
Sejatinya jikalau ajaran tersebut sudah pasti benar, tidak mungkin ada ketidakpuasan melainkan memuaskan semua kalangan
baik kalangan terpelajar, kalangan awam, kalangan terkemuka, dll, dikarenakan ajaran tersebut bersesuaian dengan ilmu dan akal sehat.
Dalam arti, ajaran tersebut adalah ajaran yang dari sisi manapun tidak bisa dibantah, dikarenakan semuanya adalah sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya
bukan atas dasar prasangka, maupun dogma-dogma agama yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya dengan akal sehat.
Pada kondisi hari ini, di Afganistan, negeri yang kaya akan sumber daya alam, yang mayoritas penduduk -nya beragama Islam, terjadi krisis kemanusian
padahal disana, kelompok yang berkuasa pada hari ini di negara tersebut, yang mereka koar-koar -kan dalam perjuangan mereka adalah memberlakukan syariat Islam, yang mengajarkan tentang bagaimana manusia dapat memanusiakan manusia lainnya.
Namun faktanya, kondisi yang terjadi, sifat ‘rahman’ (kasih) dan ‘rahim’ (sayang) tidak dipergunakan oleh kelompok tersebut, yang berkoar-koar bahwa merekalah kelompok Islam yang benar-benar memperjuangkan Islam, dimana mereka beranggapan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik.
Memang masalah ‘jihad’, adalah sesuatu tahapan yang biasa terjadi, dalam memperjuangkan ideologi yang diyakini
agar dapat memperoleh kekuasaan, seperti halnya dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya yang memperjuangkan Islam agar menjadi rahmat bagi alam semesta
namun, apabila sisi kemanusian hilang dalam memperjuangkan hal-hal tersebut, maka sejatinya, itu menandakan bahwa bukan tujuan ‘rahmatan lilalamin’ yang mereka perjuangkan melainkan sesuatu yang bukan berasal dari ajaran Islam yang hanif, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian.
Sejarah mencatat, dalam hadist-hadist yang ditinggalkan oleh Muhammad, melarang keras mencelakai rakyat sipil, seperti wanita dan anak-anak
dalam arti, perang hanya dilakukan antar prajurit yang berperang, bukan diluar itu, namun faktanya, perempuan dan anak-anak yang malah kebanyakan jadi korban
seperti dijadikan sebagai korban dari aksi bom bunuh diri, bertujuan apabila hal tersebut dilakukan maka dapat mengecoh musuh, dengan cara mereka dicekcoki pemahaman bahwa setelah mereka meninggal maka mereka akan masuk surga, DLL.
Hal ini sesuatu yang miris sebetulnya, padahal jika berkaca dari sejarah, Muhammad saw sangat memegang teguh nilai-nilai kemanusian
dirinya memiliki aturan perang yang bersifat melindungi orang-orang lemah, maupun menjaga agar tidak terjadi kerusakan akibat terjadi -nya perang
seperti menjaga bangungan-bangunan fasilitas umum, yang akan sangat mengganggu kehidupan orang banyak jika terjadi kerusakan,.
Dimana, Muhammad berperang karena diperangi, dan dizhalimi, sehingga mereka mempertahankan diri mereka, bukan karena alasan lain selain itu.
Perang terjadi dikarenakan sudah tidak ada jalan lain, untuk mempertahankan aqidah (keyakinan) mereka
yang dipaksa oleh orang-orang musyrik Mekkah pada saat itu, untuk kembali pada ajaran mereka.
Artinya, pada kondisi hari ini jika berkaca dari sejarah
benarkah umat Islam saat ini adalah umat yang terbaik ?
apakah hanya umat yang mengklaim sebagai umat yang terbaik ?
Dikarenakan faktanya, pemeluk-pemeluk Islam lah yang pada hari ini, terus menerus menerus melakukan pengrusakan, dan menzhalimi manusia lainnya
dengan alasan yang ujung-ujung -nya, hanyalah kekuasaan, bukan alasan yang murni untuk menegakkan ajaran Islam yang bersifat ‘rahmatan lil alamin’ (rahmat atau berkat bagi alam semesta termasuk manusia didalam -nya).
Seperti kita lihat, konflik di Afganistan, yang dimenangkan oleh pihak Taliban, yang berkoar-koar bahwa diri mereka membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi rakyat Afganistan
faktanya yang kita lihat, apa yang terjadi ?
Malah sebaliknya, terjadi krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, dll.
Lalu pertanyaannya…
Apakah mereka adalah umat yang terbaik ?
Kalau iya, mengapa perjuangan mereka yang berpuluh-puluh tahun lamanya, yang membawa duka bagi banyak rakyat Afganistan, tidak membuahkan apa yang menjadi tujuan mereka bahkan sebaliknya ?
Kelompok minoritas, yakni suku Hazara, yang berasal dari keturunan-keturunan dari Genghis Khan, yang hidup di Afganistan, yang kebanyakan menganut Syiah, diperangi, dizhalimi, ditindas hak-hak mereka, dll, tanpa alasan yang benar, hanya dikarenakan mereka berasal dari keturunan yang dibenci oleh mereka, dan menganut kepercayaan yang berbeda dengan mereka, dipaksa untuk keluar dari negeri mereka sendiri, dengan membawa duka yang teramat mendalam atas kekejaman rezim Taliban, yang sangat ekstrim dalam memberlakukan syariat Islam.
Memang, dosa leluhur mereka di masa lalu, merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dimaafkan, tapi, anak-anak yang lahir, sejatinya tidak mengetahui apa-apa, apalagi, mereka juga memiliki darah orang-orang Afganistan, masih saudara mereka sendiri, oleh karena itu, bukan sesuatu yang benar jika menzhalimi mereka, jika mereka tidak menzhalimi orang lain.
Dimana, Muhammad sekalipun, dalam sejarah membuktikan tidak memaksakan keyakinan kepada siapapun, melainkan tunduk dan patuh kepada hukum yang berlaku, yakni hukum Islam yang bersifat mendamai sejahterakan manusia lainnya
wujudnya dengan memberikan keamanan dan perlindungan bagi orang-orang yang baik suka atau terpaksa tunduk patuh (aslama) kepada hukum-hukum Allah, seperti hal -nya kepada orang-orang kafir tapi bersedia ‘aslama’ kepada hukum Islam, yang menolak untuk ber -aqidah (berkeyakinan) seperti Muhammad, semuanya diperlakukan dengan adil, tidak ada yang tertindas hak-hak -nya sebagai manusia.
Maka, jika melihat kondisi di Afganistan, yang melarang perempuan berada di dalam sistem kepemimpinan yang mereka jalankan
sejatinya, adalah sesuatu yang kurang tepat, dikarenakan dalam ajaran Islam sendiri hanya menekankan bahwa di dalam kepemimpinan Islam, yang diperkenankan untuk menjadi pemimpin atau imam adalah laki-laki, karena laki-laki dilebihkan Allah atas perempuan
dan ditetapkan oleh Tuhan sebagai pemimpin bagi perempuan, bukan berarti melarang perempuan terlibat dalam sebuah kekuasaaan, dikarenakan tidak lah mungkin jika mengandalkan laki-laki dalam mengurus hal-hal yang berkaitan dengan perempuan
yang sejatinya perempuan -lah yang lebih memahami hal-hal tersebut. Artinya, baik laki-laki dan perempuan punya hak untuk ber-jihad atau bersungguh-sungguh mendamai sejahterakan manusia lain -nya dan alam semesta, tidak ada batasan ‘gender’ dalam hal ini.
Mari kita pahami dengan sebaik-baiknya firman Tuan yang diterangkan di bawah ini !
Al Qur’an surat Ali-Imran [3] ayat 110 :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَـٰبِ لَكَانَ خَيْرًۭا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ
Kamu adalah’umat yang terbaik’ yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (kebaikan), dan mencegah dari yang munkar (keburukan), dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Al Qur’an surat Ali Imran [3] ayat 33 :
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰٓ ءَادَمَ وَنُوحًۭا وَءَالَ إِبْرَٰهِيمَ وَءَالَ عِمْرَٰنَ عَلَى ٱلْعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat manusia (di masa/periode mereka masing-masing),
Maka, dari keterangan dua surat yang diterangkan diatas, jelas menerangkan tentang bagaimana ciri-ciri dari ‘umat yang terbaik’, yakni, menyuruh kepada yang ma’ruf (kebaikan), dan mencegah dari yang munkar (keburukan), dan beriman kepada Allah. Artinya, umat yang terbaik adalah umat yang melakukan perbuatan baik, dan mencegah perbuatan munkar.
Faktanya pada hari ini, keturanan Israel (Yakub as), yang merupakan keturunan Abraham (Ibrahim as), yang merasa bahwa mereka -lah umat yang terbaik
sama halnya dengan orang Islam yang menganggap demikian, tapi pada kenyataan -nya, berapa banyak kerusakan di bumi yang mereka lakukan, untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan mereka, seperti halnya yang terjadi pada perang antar orang Palestina dan orang Israel, yang berbeda keyakinan, yang sampai hari ini, masih saja timbul berbagai kerusakan
walaupun kekuasaan Israel sudah hampir sebagian dari negeri Palestina, tapi tetap, pengrusakan tetap terjadi
hak-hak orang Palestina sebagai manusia, tidak dipedulikan, mereka seperti orang-orang yang selalu berada dalam ‘kungkungan’ orang-orang Israel
begitupula dengan kekejaman yang dilakukan orang-orang Taliban dan ISIS, yang ada di Timur Tengah, JAD yang ada di Timur Jauh (Indonesia), dll.
Pertanyaannya sekarang…
Siapakah umat terbaik pada hari ini, melihat kondisi hari ini, yang dikuasai oleh kekuasaan dari Blok Barat dan Blok Timur ?
Jawabannya adalah belum ada umat terbaik pada hari ini, dikarenakan belum ada kekuasaan seperti halnya kekuasaan di zaman Adam as, Noah (Nuh as), Abraham (Ibraham as), zaman Moses (Musa as), maupun Muhammad saw.
Dikarenakan pusat kekuasaan dunia masih berada dalam kekuasaan dua Blok tersebut, melinggkupi segala aspek dalam kehidupan di muka bumi saat ini.
Oleh karena itu, pada kondisi hari ini, tidak lah tepat jika menggaung-gaungkan untuk berjihad, dikarenakan jika berkaca dari sejarah peradaban dunia, Muhammad menang dikarenakan kekuasaan Blok Barat yang dikuasai oleh Romawi, maupun kekuasaan Blok Timur yang dikuasai oleh Persia
sudah melemah, mereka sibuk berperang, sehingga Muhammad kala itu yang berada di Mekkah, yakni sebuah negeri yang sangat bergantung pada dua kekuasan besar tersebut, menjadi lemah, sehingga, kekuasaan mereka pada saat itu
memang pada saat -nya sudah runtuh, inilah yang disebut pertolongan Allah, sehingga, Muhammad sewaktu berperang, dikarenakan mereka dizhalimi dan mempertahankan aqidah mereka, diberikan kemenangan oleh Allah, atas pertolongan -Nya tersebut, dalam arti, kemenangan tersebut adalah semata-mata pemberian Tuhan.
Pertanyaannya sekarang…
apakah kemenangan pihak Taliban tersebut adalah pertolongan Tuan ?
Kalau iya, apakah setelah rezim dikuasai mereka, dunia menjadi lebih baik ?
Apakah umat atau masyarakat yang mereka miliki merasakan dampak yang positif atas kepemimpinan mereka ?
Apakah malah sebaliknya ?
Apakah perjuangan mereka ternyata hanyalah atas dasar ‘hawa nafsu’ bukan atas dasar rahman dan rahim ?
Hal ini sejatinya yang harus kita fikirkan bersama-sama, bahwa, kekuasaan semata-mata datangnya dari Allah
Dia lah yang memberikan kekuasaan kepada yang diri -Nya kehendaki, bukan klaim sepihak dari masing-masing golongan yang menganggap dirinya paling benar.
Dalam arti, anugerah tersebut hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar tulus dan ikhlas hanya beriman kepada -Nya, dengan melaksanakan kebajikan dan mencegah perbuatan mungkar. Pertanyaannya sekarang
adakah umat yang seperti itu di masa sekarang ?